
Tim Dosen & Mahasiswa Prodi Sastra Unisa Temukan Bahasa Terancam Punah
- Posted by Fakultas Sastra
- Categories Blog
- Date August 12, 2025
- Comments 0 comment

Tim Peneliti Prodi Sastra Indonesia Dalam Kegiatan Lokakarya di Desa Mbuwu
Di tengah kemajemukan dialek bahasa Kaili di Sulawesi Tengah, terdapat indikasi kuat mengenai ancaman kepunahan yang membayangi kekayaan linguistik tersebut. Salah satu temuan signifikan adalah keberadaan Bahasa Mpokato dalam masyarakat Kaili Da’a. Secara linguistik, Mpokato tampaknya bukan sekadar dialek geografis, melainkan dapat diklasifikasikan sebagai variasi tinggi (high variety) atau laras bahasa khusus. Hal ini didasarkan pada penggunaannya yang terbatas pada konteks ritual agraris “Mpopali“—sebuah prosesi adat yang menyertai siklus pertanian dari pembukaan lahan hingga panen.

Eksistensi bahasa ini mulai teridentifikasi menyusul temuan awal tim mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia di Kabupaten Donggala. Temuan tersebut kemudian dikembangkan menjadi proposal penelitian yang berhasil memperoleh pendanaan melalui skema Hibah Kompetitif DPPM dari Kemendikti Saintek pada awal tahun 2025. Tim peneliti yang diketuai oleh Rizky Anugrah Putra, beranggotakan Syamsuddin, Suparni, A’an Winomo, dan Moh. Ifal, segera bergerak melakukan kajian mendalam untuk mendokumentasikan bahasa yang berstatus kritis ini.
Berdasarkan observasi awal, tim peneliti menemukan fenomena yang cukup memprihatinkan. Secara struktural, Bahasa Mpokato terindikasi memiliki perbedaan signifikan dengan Bahasa Da’a yang digunakan sehari-hari. Namun, vitalitas bahasa ini diperkirakan sangat rendah. Data awal menunjukkan penutur aktif yang teridentifikasi hanya berkisar 10 orang.
Melalui Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan masyarakat Desa Mbuwu dan Kepala Desa, Joni Saluntina, diperoleh estimasi bahwa total penutur yang tersisa kemungkinan kurang dari 200 orang. Penurunan drastis ini diduga berkaitan erat dengan kompleksitas prasyarat ritual Mpopali. Selain itu, adanya tabu linguistik yang kuat—dimana penggunaan bahasa ini di luar konteks ritual diyakini dapat mendatangkan konsekuensi spiritual negatif—tampaknya menjadi faktor pembatas transmisi bahasa tersebut ke generasi muda.
Meskipun terdapat batasan kultural yang ketat, masyarakat Desa Mbuwu menunjukkan keterbukaan dan antusiasme tinggi dalam upaya penyelamatan aset budaya ini. Bertempat di balai desa, masyarakat berkolaborasi dengan tim peneliti dalam proses inventarisasi dan konversi leksikon Mpokato. Sinergi antara akademisi dan masyarakat ini tidak hanya bertujuan untuk kepentingan analisis ilmiah, tetapi juga direncanakan untuk menghasilkan luaran berupa Kamus Bahasa Mpokato. Langkah ini merefleksikan tingginya kesadaran aparat dan warga desa dalam upaya preservasi bahasa agar tetap dapat diakses dan dipelajari di masa depan.
You may also like
Sastra Unisa dan FIB Unair Sepakat Kerjasama Tridharma Perguruan Tinggi
Semarak Bulan Bahasa, Sastra Unisa Gelar Aneka Lomba
