
Dosen Sastra Unisa Teliti Pengaruh Stunting Terhadap Perkembangan Bahasa Anak di Desa Bale
DONGGALA-Angka stunting di Desa Bale, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala cukup tinggi. Bahkan menjadi daerah tertinggi ketiga di Kabupaten Donggala yang memiliki jumlah stunting.
Sepanjang tahun 2025, angka stunting di Desa Bale mencapai 31 kasus dan satu orang diantaranya meninggal dunia. Sedangkan di tahun 2024 lalu, angka stunting di desa yang berdekatan dengan Kota Palu ini mencapai 34 kasus.
Kasus stunting ini tidak hanya membuat pertumbuhan terganggu tapi juga menghambat perkembangan bahasa anak. Beberapa kasus, anak yang mengalami stunting cenderung lambat lancar berbicara. Hal inilah yang mendorong dosen Fakultas Sastra Universitas Alkhairaat Palu melakukan penelitian tentang pengaruh stunting dalam perkembangan bahasa anak.
Penelitian yang diketuai Suparni, S.Pd, M.Pd dan beranggotakan Mardiah, S.S, M.Pd dan Hadijah Alaydrus, S.Pd, M.Si ini memilih Desa Bale sebagai lokasi penelitian selain karena tingginya kasus stunting juga pengaruhnya terhadap kemampuan anak berbahasa dengan lancar. Penelitian ini juga berhasil lolos dalam seleksi penerima bantuan hibah penelitian kemenristek tahun 2025.
Ketua Panitia, Suparni, S.Pd, M.Pd mengatakan pemilihan Desa Bale sebagai lokasi penelitian karena menjadi salah satu desa dengan angka stunting tertinggi di kabupaten Donggala. Sehingga potensi anak yang mengalami gangguan kemampuan berbahasa juga tinggi. ’’Jadi itu alasan kami untuk memilih Desa Bale sebagai lokasi penelitian. Kami nantinya akan meneliti sejauhmana dampak stunting terhadap perkembangan bahasa anak di Desa Bale,’’tandas Wakil Dekan II Fakultas Sastra Universitas Alkhairaat Palu ini.
Penelitian tersebut ditindaklanjuti dengan Focus Group Discussion atau FGD yang digelar di Aula Kantor Desa Bale, Sabtu (16/8/2025) pagi. Pemateri yang dihadirkan antara lain Kepala Desa Bale, Adam, Kepala Puskesmas Malambora Wani, Dian Andriani.Sedangkan peserta kegiatan melibatkan 30 ibu-ibu beserta sejumlah anak yang mengalami stunting.
Kepala Desa Bale mengatakan angka stunting di desanya memang masih terbilang tinggi namun telah mengalami penurunan dibandingkan tahun 2024 lalu. Diakui, penyebab tingginya angka stunting itu selain karena faktor ekonomi juga karena pernikahan dini. Untuk itu, ia telah membuat kebijakan melalui peraturan desa tentang larangan pernikahan dini. Selain itu menerapkan program cegah stunting dengan telur setiap hari atau disingkat chating deng tari. ’’Kami sudah terapkan program tersebut dan alhamdulillah mengalami penurunan kasus dibanding tahun sebelumnya,’’tandasnya.
Sementara itu Kepala Puskesmas Malambora Wani, Dian Andriani menyampaikan penyebab tingginya stunting di Desa Wani terutama disebabkan pola asuh dan perilaku dari orang tua. Meski, Dian juga tidak menampik pemicunya adalah faktor ekonomi warga. Kurangnya asupan gizi dan faktor gen menjadi pemicu utama seorang anak mengalami stunting. Namun ia telah berupaya membantu menekan angka stunting itu melalui program penyuluhan kesehatan hingga membangun kesadaran orang tua dalam mengasuh anak.’’Karena pola asuh serta kesadaran orang tua ini yang menjadi kendala utama dalam menekan angka stunting di desa ini,’’jelasnya.(TIM)



